"It's A Gift" bukan bahan "tertawaan"

 

Ngetop dan masuk televisi? Mungkin sebagian besar masyarakat kita kalo ditanya, jawabnya mau banget. Bukan hanya orangtua saja, anak kecil pun kalo ditanya, ada yang dengan lantangnya bilang, “Pengen jadi artis!”.  Profesi membanggakan, mungkin. Banyak yang mengenali kita, rupiah pun dengan mudah kita dapat. Bayangin, sebagai selebriti kan tidak hanya main sinetron saja. Bisa jadi bintang iklan, nara sumber atau motivator di berbagai acara talk show, sampai ambassador dari sebuah produk yang tiap tahun bisa diperbaharui. Itu artinya, kontrak dan kontrak lagi. Pundi-pundi bertambah, popularitas meningkat. 
     Banyaknya stasiun televisi pun juga menjanjikan. Reality show, beragam acara live yang melibatkan penonton atau masyarakat awam, membuat kesempatan mereka tampil on camera terbuka lebar. Seperti tayangan Yuk Keep Smile yang akhirnya berakhir, dan kini yang lagi happening KDI, Akademia, Dterong, Duel, Bintang Pantura, Blusukan etc. 

    

Luar biasa. Gimana sebuah stasiun TV bisa mengubah seseorang yang “bukan siapa-siapa” dari daerah, dimake over hingga akhirnya menjadi bintang. Respect dan angkat dua jempol, buat stasiun TV yang sudah mengubah seseorang dari nol, bukan siapa-siapa menjadi superstar. Dari packagingnya, dari kemampuannya bernyanyi, attitudenya, semuanya berubah sempurna. Sayangnya, belakangan pihak kreatif mungkin, atau inisiatif dari artisnya yang lagi on camera, menjadikan acara tayangan ini buat “becandaan” yang tidak penting. Misalnya: waktu orang-orang dengan bobot di atas 100 kg dipanggil ke atas panggung. Lantas buat becandaan yang maaf, menurut saya merendahkan fisiknya. Dan esoknya, ketika dia ditampilkan kembali, didandanin dengan dandanan becanda juga (saya nggak mau sebut ini dandanan konyol).  Lantas mereka bersuara ala tarsan, ala binatang-binatang rimba, mmm…
 

     Mungkin  pendapat saya salah, mungkin juga karena saya termasuk manusia tidak sempurna. Jujur hati kecil saya tidak suka jika “ketidaksempurnaan” saya buat dipertontonan, buat becandaan. Justru dengan tidak sempurnanya saya, saya ingin tunjukkan saya punya talenta yang lain, gift yang Tuhan kasih. Balik lagi ke acara televisi ini, bukannya jauh lebih menarik andaikan …. Mereka yang berbobot di atas 100 kg tadi di make over menjadi keren, jalan di stage, kelihatan “aura positifnya” mereka? Bukan malah dieksplor bloon, aneh dan ajaibnya mereka. Ntar lagi jangan-jangan, dieksplor lagi, siapa yang cungkring, siapa yang pendek, siapa yang botak, bla bla bla… semua mengeksplor kelemahan dan tidak “mengubahnya” jadi positif.

 

    Memang saat itu penonton tertawa. Memang rating tinggi. Tapi apakah  kita puas, mencetak rating, membuat orang tertawa, atas hasil pembodohan orang lain? Sesama manusia juga? Bukannya kita lebih “cool”, berisi andai kita bisa mengubah orang lain yang tidak apa-apa menjadi apa-apa dengan cara positif? Ini sekedar harapan saya, karena saya juga masih suka miris melihat teman-teman yang tidak beruntung dengan fisik tidak sempurna malah dieksplor ketidaksempurnaannya itu jadi tontonan dan tertawaan. Buat dijedotin, dilumerin dengan beragam bahan cairan, ditoyor sana sini atau dikata-katain. Sebagian dari mereka nggak bisa menolak, ya mungkin tak ada pilihan. Atau mungkin, mereka happy? Who knows.   

 

     Mudah-mudahan, kita masih bisa menjaga apa yang udah diberikan oleh Sang Pencipta. Manfaatkan dengan sebaik-baiknya dan syukuri apa pun adanya.

Previous
Next Post »
close