Kisah mengejutkan tentang R, yang awalnya dianggap pengangguran oleh warga, kini terbongkar sebagai peracik keripik pisang narkoba yang membuat semua orang terkejut. R merupakan inisial dari sosok misterius ini.
Identitas sebenarnya dari R baru terungkap setelah polisi menggerebeknya di kontrakannya di Padukuhan Pelem Kidul, Kalurahan Baturetno, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY, pada tanggal 2 November 2023.
Brigjen Pol R Slamet Santoso, Wakil Kepala Kepolisian Daerah DIY, mengungkapkan bahwa keripik pisang buatan R ternyata mengandung campuran amphetamine dan sabu, mengubah pandangan tentang pisang sebagai camilan yang tak berbahaya.
Namun, tidak hanya keripik pisang narkoba yang dibuat oleh R. Dia juga memproduksi "happy water" yang mengandung narkoba, yang dapat dicampurkan ke minuman atau makanan. Konsumsi happy water ini akan membuat penggunanya kehilangan kesadarannya.
"Happy water dicampurkan ke minuman dengan hanya satu atau dua tetes, dan efeknya cukup memukau. Sedangkan keripik pisang bisa dinikmati dengan cara yang lebih biasa," ungkapnya dengan lugas.
Selain R, polisi juga berhasil menangkap tujuh orang lain yang terlibat dalam peredaran narkoba jenis baru ini. Mereka ditangkap di beberapa lokasi berbeda, seperti di Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat; Kaliangking Magelang, Jawa Tengah; Kalurahan Potorono, Bantul; dan Banguntapan, Bantul.
Komjen Pol Wahyu Widada, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, mengungkapkan bahwa harga keripik pisang narkoba bervariasi tergantung pada besar atau berat kemasannya, berkisar antara Rp 1,5 juta hingga Rp 6 juta. Sementara kemasan keripik pisang narkoba itu sendiri tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 50 gram hingga 500 gram.
Menurut Wahyu, pabrik rumahan yang digunakan untuk produksi keripik pisang narkoba dan happy water ini baru beroperasi selama satu bulan sebelum akhirnya digerebek oleh polisi.
Wahyu juga menjelaskan bahwa delapan orang yang ditangkap dalam operasi ini memiliki peran masing-masing, mulai dari pemilik rekening, pengambil hasil produksi, pemasaran, produksi, hingga distributor. Dalam suatu acara, Kabareskrim Polri, Komjen Pol Wahyu Widada, menjelaskan peran mereka dengan rinci.
Penyelidikan terhadap modus baru peredaran narkoba ini dimulai setelah petugas melakukan operasi siber dan pemantauan di dunia maya. "Hasil operasi siber mengungkap penjualan narkoba dalam bentuk happy water dan keripik pisang dengan harga yang cukup tinggi, bahkan tak masuk akal. Karena itulah, kita mulai mencurigai dan melakukan tracing serta pemantauan terhadap akun penjualnya," papar Wahyu.
Setelah sebulan berjalan, operasi ini mencapai puncaknya pada tanggal 2 November ketika polisi berhasil menangkap tersangka beserta barang bukti keripik pisang dan happy water di Depok. Kasus ini terus berkembang dengan kerja sama antara Bareskrim dan Polda DIY.
Saat ini, polisi sedang melakukan pengejaran terhadap empat orang lainnya yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO), menambah misteri kasus ini.
Sebagai tambahan, mari kita gali lebih dalam tentang sosok R. R berasal dari DKI Jakarta dan sehari-harinya hanya terlihat berada di kontrakannya, membuat banyak warga menganggapnya sebagai pengangguran biasa.
R telah tinggal di rumah tersebut selama sebulan terakhir. Rumah yang ditempati oleh R sebenarnya adalah milik Wahyuni, seorang wanita berusia 66 tahun. Wahyuni merasa sangat kaget dengan penangkapan R pada tanggal 2 November 2023.
Selama ini, dia sama sekali tidak menduga bahwa R terlibat dalam aktivitas ilegal tersebut. "Saya juga tahu penggerebekan itu dari warga sini. Karena semalam ada yang bilang ke saya, kalau orang yang ngontrak di tempat saya didatangi preman banyak. Ternyata itu pak polisi yang bergaya preman," ujar Wahyuni.
Menurut Wahyuni, R selalu menjaga privasinya dengan baik. Bahkan, dia sempat menganggap R hanyalah seorang pengangguran. "Saya terkejut tiba-tiba ada pengungkapan tempat produksi narkotika di rumah kontrakan saya. Karena selama ini saya kira yang ngontrak itu cuma tidur saja," ungkap Wahyuni.
Wahyuni juga menambahkan bahwa hampir setiap hari, R selalu menutup pintu rumah kontrakannya dan hanya keluar saat ingin makan. "Kalau ketemu pasti dia mau cari makan. Pernah kemarin-kamarin gitu juga. Saya ketemu dia di depan rumah saya, terus saya tanya, mau ke mana, dia jawab mau cari makan," ungkap Wahyuni.
Tidak ada tanda-tanda mencurigakan yang pernah dia lihat dari R, bahkan pemilik angkringan dan penjual pempek di sekitar tempat tinggal Wahyuni tak pernah menduga apa yang sebenarnya terjadi. Wahyuni tak pernah merasa curiga terhadap R, bahkan ketika operasi penggerebekan terjadi di rumahnya. Kasus ini menjadi kejutan yang tak terduga bagi semua orang.
Identitas sebenarnya dari R baru terungkap setelah polisi menggerebeknya di kontrakannya di Padukuhan Pelem Kidul, Kalurahan Baturetno, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY, pada tanggal 2 November 2023.
Brigjen Pol R Slamet Santoso, Wakil Kepala Kepolisian Daerah DIY, mengungkapkan bahwa keripik pisang buatan R ternyata mengandung campuran amphetamine dan sabu, mengubah pandangan tentang pisang sebagai camilan yang tak berbahaya.
Namun, tidak hanya keripik pisang narkoba yang dibuat oleh R. Dia juga memproduksi "happy water" yang mengandung narkoba, yang dapat dicampurkan ke minuman atau makanan. Konsumsi happy water ini akan membuat penggunanya kehilangan kesadarannya.
"Happy water dicampurkan ke minuman dengan hanya satu atau dua tetes, dan efeknya cukup memukau. Sedangkan keripik pisang bisa dinikmati dengan cara yang lebih biasa," ungkapnya dengan lugas.
Selain R, polisi juga berhasil menangkap tujuh orang lain yang terlibat dalam peredaran narkoba jenis baru ini. Mereka ditangkap di beberapa lokasi berbeda, seperti di Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat; Kaliangking Magelang, Jawa Tengah; Kalurahan Potorono, Bantul; dan Banguntapan, Bantul.
Komjen Pol Wahyu Widada, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, mengungkapkan bahwa harga keripik pisang narkoba bervariasi tergantung pada besar atau berat kemasannya, berkisar antara Rp 1,5 juta hingga Rp 6 juta. Sementara kemasan keripik pisang narkoba itu sendiri tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 50 gram hingga 500 gram.
Menurut Wahyu, pabrik rumahan yang digunakan untuk produksi keripik pisang narkoba dan happy water ini baru beroperasi selama satu bulan sebelum akhirnya digerebek oleh polisi.
Wahyu juga menjelaskan bahwa delapan orang yang ditangkap dalam operasi ini memiliki peran masing-masing, mulai dari pemilik rekening, pengambil hasil produksi, pemasaran, produksi, hingga distributor. Dalam suatu acara, Kabareskrim Polri, Komjen Pol Wahyu Widada, menjelaskan peran mereka dengan rinci.
Penyelidikan terhadap modus baru peredaran narkoba ini dimulai setelah petugas melakukan operasi siber dan pemantauan di dunia maya. "Hasil operasi siber mengungkap penjualan narkoba dalam bentuk happy water dan keripik pisang dengan harga yang cukup tinggi, bahkan tak masuk akal. Karena itulah, kita mulai mencurigai dan melakukan tracing serta pemantauan terhadap akun penjualnya," papar Wahyu.
Setelah sebulan berjalan, operasi ini mencapai puncaknya pada tanggal 2 November ketika polisi berhasil menangkap tersangka beserta barang bukti keripik pisang dan happy water di Depok. Kasus ini terus berkembang dengan kerja sama antara Bareskrim dan Polda DIY.
Saat ini, polisi sedang melakukan pengejaran terhadap empat orang lainnya yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO), menambah misteri kasus ini.
Sebagai tambahan, mari kita gali lebih dalam tentang sosok R. R berasal dari DKI Jakarta dan sehari-harinya hanya terlihat berada di kontrakannya, membuat banyak warga menganggapnya sebagai pengangguran biasa.
R telah tinggal di rumah tersebut selama sebulan terakhir. Rumah yang ditempati oleh R sebenarnya adalah milik Wahyuni, seorang wanita berusia 66 tahun. Wahyuni merasa sangat kaget dengan penangkapan R pada tanggal 2 November 2023.
Selama ini, dia sama sekali tidak menduga bahwa R terlibat dalam aktivitas ilegal tersebut. "Saya juga tahu penggerebekan itu dari warga sini. Karena semalam ada yang bilang ke saya, kalau orang yang ngontrak di tempat saya didatangi preman banyak. Ternyata itu pak polisi yang bergaya preman," ujar Wahyuni.
Menurut Wahyuni, R selalu menjaga privasinya dengan baik. Bahkan, dia sempat menganggap R hanyalah seorang pengangguran. "Saya terkejut tiba-tiba ada pengungkapan tempat produksi narkotika di rumah kontrakan saya. Karena selama ini saya kira yang ngontrak itu cuma tidur saja," ungkap Wahyuni.
Wahyuni juga menambahkan bahwa hampir setiap hari, R selalu menutup pintu rumah kontrakannya dan hanya keluar saat ingin makan. "Kalau ketemu pasti dia mau cari makan. Pernah kemarin-kamarin gitu juga. Saya ketemu dia di depan rumah saya, terus saya tanya, mau ke mana, dia jawab mau cari makan," ungkap Wahyuni.
Tidak ada tanda-tanda mencurigakan yang pernah dia lihat dari R, bahkan pemilik angkringan dan penjual pempek di sekitar tempat tinggal Wahyuni tak pernah menduga apa yang sebenarnya terjadi. Wahyuni tak pernah merasa curiga terhadap R, bahkan ketika operasi penggerebekan terjadi di rumahnya. Kasus ini menjadi kejutan yang tak terduga bagi semua orang.
EmoticonEmoticon