Obat influenza yang diberi nama Favipiravir atau Avigan buatan Jepang diakui oleh China dapat mengobativirus Corona.
Obat influenza yang diberi nama Favipiravir atau Avigan buatan Jepang diakui oleh China dapat mengobati dan menaklukan virus Corona (Covid-19). Obat ini dikembangkan oleh perusahaan Fujifilm Toyama Chemical.
Dikutip dari The Guardian, Selasa, 17 Maret 2020, dalam konferensi pers Direktur Pusat Nasional China untuk Pengembangan Bioteknologi Zhang Xinmin mengatakan Avigan ampuh untuk mengatasi virus Covid-19.
"Obat ini memiliki tingkat keamanan yang terbukti tinggi dan jelas efektif untuk digunakan," kata Zhang Xinmin.
Fujifilm Toyama Chemical sudah mengembangkan obat yang diproduksi oleh Zheijang Hisun Pharmaceutical sejak 2014 untuk mengobati influenza. Bahkan sejak Februari, Avigan telah diberikan pada pasien terinfeksi virus Corona atau Covid-19 di Jepang.
Uji klinis untuk obat tersebut juga sudah dilakukan kepada 200 pasien di rumah sakit Wuhan dan Shenzhen. Alhasil, mereka dinyatakan negatif dalam waktu singkat serta gejala pneumonia yang dialaminya berkurang.
Pasien yang dites diberikan Avigan dan terbukti menunjukkan hasil negatif dalam jangka waktu empat hari dan setengah dari mereka lebih dari waktu tersebut juga dinyatakan negatif.
Hasil itu kemudian dibandingkan dengan pasien yang tidak diberikan obat Avigan. Perbedaannya terlihat setelah pasien tersebut dinyatakan negatif dalam waktu 11 hari pasca tertular virus Corona.
Kondisi paru-paru memperlihatkan juga adanya perbedaan signifikan antara pasien positif Covid-19 yang mengonsumsi obat itu dan tidak. Namun, terlihat pasien yang konsumsi avigan, paru-parunya tampak meningkat sekitar 91 persen, sedangkan yang tidak hanya meningkat 64 persen.
Sementara itu, dari percobaan klinis yang dilakukan di Wuhan, China, nampaknya mampu mempersingkat durasi demam pasien. Pasien yang diberikan Avigan terbukti pulih dari demam dalam 2,5 hari, sedangkan yang lainnya 4 hari.
Gejala batuk pasien yang diberikan Avigan juga mereda setelah 4 hari. Hal ini lebih baik jika dibandingkan dengan pasien lain yang tidak mengonsumsi obat tersebut.
Avigan sendiri diatur khusus oleh pemerintah Jepang yaitu penggunaannya hanya boleh saat influenza jenis baru muncul atau virus lama timbul kembali. Sebelumnya Avigan sempat terdaftar sebagai obat Ebola saat mewabah di tahun 2014.
Hal ini lantaran terdapat studi yang mengatakan obat ini rentan membuat kegagalan janin karena bisa ditransfer dalam air mani, namun tak dijelaskan lebih lanjut oleh Zhang.
Dikabarkan kini China mulai serius dalam memproduksi Avigan Favipiravir, namun Fujifilm mengatakan tidak ikut campur dalam uji klinis tersebut.
Padahal Fujifilm telah melakukan perjanjian paten dengan Zheijang Hisun Pharmaceutical sejak tahun 2016, tetapi dibatalkan pada 2019 lalu. Namun kedua perusahaan ini masih dalam hubungan baik.
Dilansir dari Live Science, Kamis, 19 Maret 2020, Avigan dibuat secara khusus untuk mengatasi virus RNA seperti SARS-CoV 2. Penyakit tersebut merupakan virus yang materi genetik utamanya RNA, dan bukan DNA.
Avigan mampu menghentikan sejumlah virus dan replikasi dengan melumpuhkan enzim (zat yang menyebabkan reaksi kimia), biasa disebut dengan RNA polimerase. Zat tersebutlah yang mampu membangun RNA.
Jika tidak ada enzim utuh, virus tidak bisa menggandakan materi genetik secara efisien dalam sel inang. Hal tersebut tertulis dalam artikel yang membahas Avigan pada 2017 dan terbit di jurnal Proceedings of Japan Academy, Ser. B, Physical and Biological Science.
Meskipun begitu, ahli menemukan bila obat tersebut kurang efektif bila diberikan kepada pasien yang memiliki gejala berat. Hal itu dikatakan seorang sumber dari Kementerian Kesehatan Jepang kepada surat kabar Mainichi Shimbun yang dilansir The Guardian.
"Kami telah memberikan Avigan kepada 70 sampai 80 orang. Obat ternyata tidak berfungsi dengan baik ketika virus sudah berlipat ganda di tubuh pasien," kata seorang sumber itu.
Diketahui, obat Favipiravir atau Avigan pada Februari 2020 sedang dipelajari di China untuk pengobatan eksperimental penyakit Covid-19. []
Obat influenza yang diberi nama Favipiravir atau Avigan buatan Jepang diakui oleh China dapat mengobati dan menaklukan virus Corona (Covid-19). Obat ini dikembangkan oleh perusahaan Fujifilm Toyama Chemical.
Dikutip dari The Guardian, Selasa, 17 Maret 2020, dalam konferensi pers Direktur Pusat Nasional China untuk Pengembangan Bioteknologi Zhang Xinmin mengatakan Avigan ampuh untuk mengatasi virus Covid-19.
"Obat ini memiliki tingkat keamanan yang terbukti tinggi dan jelas efektif untuk digunakan," kata Zhang Xinmin.
Fujifilm Toyama Chemical sudah mengembangkan obat yang diproduksi oleh Zheijang Hisun Pharmaceutical sejak 2014 untuk mengobati influenza. Bahkan sejak Februari, Avigan telah diberikan pada pasien terinfeksi virus Corona atau Covid-19 di Jepang.
Uji klinis untuk obat tersebut juga sudah dilakukan kepada 200 pasien di rumah sakit Wuhan dan Shenzhen. Alhasil, mereka dinyatakan negatif dalam waktu singkat serta gejala pneumonia yang dialaminya berkurang.
Pasien yang dites diberikan Avigan dan terbukti menunjukkan hasil negatif dalam jangka waktu empat hari dan setengah dari mereka lebih dari waktu tersebut juga dinyatakan negatif.
Hasil itu kemudian dibandingkan dengan pasien yang tidak diberikan obat Avigan. Perbedaannya terlihat setelah pasien tersebut dinyatakan negatif dalam waktu 11 hari pasca tertular virus Corona.
Kondisi paru-paru memperlihatkan juga adanya perbedaan signifikan antara pasien positif Covid-19 yang mengonsumsi obat itu dan tidak. Namun, terlihat pasien yang konsumsi avigan, paru-parunya tampak meningkat sekitar 91 persen, sedangkan yang tidak hanya meningkat 64 persen.
Sementara itu, dari percobaan klinis yang dilakukan di Wuhan, China, nampaknya mampu mempersingkat durasi demam pasien. Pasien yang diberikan Avigan terbukti pulih dari demam dalam 2,5 hari, sedangkan yang lainnya 4 hari.
Gejala batuk pasien yang diberikan Avigan juga mereda setelah 4 hari. Hal ini lebih baik jika dibandingkan dengan pasien lain yang tidak mengonsumsi obat tersebut.
Avigan sendiri diatur khusus oleh pemerintah Jepang yaitu penggunaannya hanya boleh saat influenza jenis baru muncul atau virus lama timbul kembali. Sebelumnya Avigan sempat terdaftar sebagai obat Ebola saat mewabah di tahun 2014.
Hal ini lantaran terdapat studi yang mengatakan obat ini rentan membuat kegagalan janin karena bisa ditransfer dalam air mani, namun tak dijelaskan lebih lanjut oleh Zhang.
Dikabarkan kini China mulai serius dalam memproduksi Avigan Favipiravir, namun Fujifilm mengatakan tidak ikut campur dalam uji klinis tersebut.
Padahal Fujifilm telah melakukan perjanjian paten dengan Zheijang Hisun Pharmaceutical sejak tahun 2016, tetapi dibatalkan pada 2019 lalu. Namun kedua perusahaan ini masih dalam hubungan baik.
Dilansir dari Live Science, Kamis, 19 Maret 2020, Avigan dibuat secara khusus untuk mengatasi virus RNA seperti SARS-CoV 2. Penyakit tersebut merupakan virus yang materi genetik utamanya RNA, dan bukan DNA.
Avigan mampu menghentikan sejumlah virus dan replikasi dengan melumpuhkan enzim (zat yang menyebabkan reaksi kimia), biasa disebut dengan RNA polimerase. Zat tersebutlah yang mampu membangun RNA.
Jika tidak ada enzim utuh, virus tidak bisa menggandakan materi genetik secara efisien dalam sel inang. Hal tersebut tertulis dalam artikel yang membahas Avigan pada 2017 dan terbit di jurnal Proceedings of Japan Academy, Ser. B, Physical and Biological Science.
Meskipun begitu, ahli menemukan bila obat tersebut kurang efektif bila diberikan kepada pasien yang memiliki gejala berat. Hal itu dikatakan seorang sumber dari Kementerian Kesehatan Jepang kepada surat kabar Mainichi Shimbun yang dilansir The Guardian.
"Kami telah memberikan Avigan kepada 70 sampai 80 orang. Obat ternyata tidak berfungsi dengan baik ketika virus sudah berlipat ganda di tubuh pasien," kata seorang sumber itu.
Diketahui, obat Favipiravir atau Avigan pada Februari 2020 sedang dipelajari di China untuk pengobatan eksperimental penyakit Covid-19. []
EmoticonEmoticon