50.000 Tentara LGBT Berjuang Demi Ukraina: Perubahan Positif dalam Sikap Terhadap Pasukan Gay dan Lesbian

Perang telah memicu perubahan yang positif dalam sikap Ukraina terhadap keberadaan tentara gay dan lesbian yang berjuang secara terbuka. Menurut laporan The Telegraph edisi Inggris, lebih dari 50.000 tentara LGBT dikabarkan sedang bertugas untuk Ukraina dalam upaya mempertahankan negara mereka.


Cerita Borys dan Valentin menjadi salah satu contoh bagaimana perang telah membawa perubahan tak terduga dalam kehidupan pribadi para prajurit. Borys, seorang tentara berusia 27 tahun, dan Valentin, yang ditemuinya melalui aplikasi perjodohan Tinder, mengalami kencan pertama yang tak biasa di sebuah kedai kopi di Kyiv. Pertemuan mereka terjadi hanya beberapa minggu setelah invasi Rusia ke Ukraina, dan Borys telah bergabung dengan tentara sejak dimulainya konflik.

Menurut Borys, situasinya cukup aneh karena mereka berdua sedang berpacaran di tengah-tengah perang. Hal itu membuka matanya terhadap realitas baru yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, bahwa perang bisa membawa seseorang untuk bertemu dengan pasangan dari Tinder di tengah-tengah situasi yang genting seperti itu.

Tidak hanya perubahan sikap terhadap keberadaan tentara gay dan lesbian yang terjadi di Ukraina, tetapi minggu ini Estonia juga melangkah maju dengan melegalkan pernikahan sesama jenis. Kaja Kallas, perdana menteri Estonia, menyatakan keputusan tersebut memiliki makna penting bagi banyak orang. Tentara gay pertama di Ukraina berharap bahwa Ukraina akan menjadi negara berikutnya yang mengakui kontribusi mereka dan melangkah menuju kesetaraan.

Jumlah tentara LGBT yang terang-terangan berjuang untuk Ukraina telah membantu mengubah persepsi masyarakat terhadap hubungan sesama jenis. Persepsi negatif terhadap homoseksualitas yang sering dianggap sebagai "nilai tradisional Rusia" juga menjadi penyebab adanya penerimaan yang lebih luas terhadap komunitas LGBT di Ukraina.

Upaya untuk melegalkan kemitraan sesama jenis juga tengah berlangsung di Ukraina, dengan sebuah rancangan undang-undang serikat sipil diajukan ke parlemen. Namun, perang yang sedang berlangsung telah membuat isu ini semakin menonjol.

Alina, seorang prajurit berusia 36 tahun yang bertempur di wilayah Donbas, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap pasangannya jika ia terluka atau tewas dalam pertempuran. Dalam situasi saat ini, pasangan sesama jenis tidak memiliki akses terhadap informasi atau keputusan medis yang berkaitan dengan pasangan mereka. Perubahan undang-undang diharapkan dapat memberikan hak dan perlindungan yang sama bagi semua pasangan, termasuk dalam hal membuat keputusan medis, penguburan yang sesuai dengan kehendak pasangan, dan mendapatkan dukungan dari negara.

Perang telah membuat Alina semakin menyadari pentingnya kemitraan ini dan bahwa perjuangan mereka tidak hanya untuk kebebasan dan nilai-nilai demokrasi, tetapi juga untuk nilai-nilai Eropa. Baginya, menjadi anggota tentara berarti menjadi bagian dari sebuah keluarga di mana saling pengertian dan dukungan adalah hal yang tak terpisahkan. Dalam keluarga militer, penting bagi semua anggota untuk mengenal pasangan dan kehidupan pribadi mereka tanpa takut diskriminasi.

Meskipun tidak ada angka pasti tentang jumlah tentara LGBT dalam angkatan bersenjata Ukraina, akun Instagram bernama LGBT Military telah memposting foto-foto para tentara gay dan lesbian, memperkirakan bahwa mereka mungkin mencapai dua hingga tujuh persen dari keseluruhan angkatan bersenjata.

Melalui perang ini, Ukraina telah mengalami perubahan positif dalam sikap terhadap pasukan gay dan lesbian yang berani dan terbuka. Bukan orientasi seksual yang menjadi fokus, tetapi semangat hidup dan semangat bertahan dalam menjaga kebebasan dan nilai-nilai demokrasi.

Sumber: The Telegraph

Related Posts

Previous
Next Post »
close