Menyandang gelar negara paling kuat di dunia, Amerika Serikat (AS) tak
mampu mengalahkan ketangguhan Rusia dalam soal pembangunan kapal selam
militer. Terbukti, kapal selam Kursk milik angkatan laut Rusia menjadi
yang terbesar di dunia dengan peralatan paling canggih. Sayangnya, kisah
kapal peluncur torpedo tersebut tak segagah tampilannya. Kapal selam
itu meledak saat tengah melakukan uji peluncuran torpedo di bawah
perairan dingin Laut Barents.
Setelah tenggelam sedalam 354 kaki, ternyata masih ada 23 awak kapal yang masih hidup. Tetapi akibat lambatnya tindakan penyelamatan yang dilakukan pemerintah Rusia, 118 awak kapal akhirnya ditemukan tewas. Tampaknya korban selamat kehabisan oksigen dan tak mampu bertahan diterpa dinginnya suhu bawah laut Barents. Berikut misteri meledaknya kapal selam militer Kursk seperti dikutip dari The History, The Military Factory, National Geographic dan sejumlah situs lainnya, Jumat (13/12/2013):
Sejak 1980-an, Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet terus bersaing dalam pengembangan teknologi. Namun saat Uni Soviet bangkrut, AS menjadi pemain tunggal dalam industri pembuatan kapal selam militer. Namun setelah Rusia menjadi ahli waris utama pecahan Uni Soviet, negara tersebut mulai menjadi pesaing besar bagi AS di bidang perlengkapan perang. Meski sempat mengalami kerugian besar, tapi Rusia sanggup bangkit saat pihaknya mendirikan Project 949A Antey untuk membangun kapal selam militer K-141, 'Kursk'. Kapal selam tersebut merupakan yang terbesar di dunia. Dalam sekejap setelah pembangunannya, Kursk telah menjadi salah satu senjata perang paling penting dan sangat ditakuti di dunia.
Perlengkapan mewah ada di dalam kapal militer Kursk
Dibangun pada 1994, kapal tersebut memiliki panjang hingga 535 kaki. Teknologi elektroniknya jauh lebih canggih. Tak hanya itu, setiap awaknya memiliki kamar super luas di dalam kapal selam militer tersebut. Kursk bahkan menyediakan berbagai fasilitas yang tak pernah disedikan AS sebelumnya seperti sauna, solarium, dan kolam renang. Tak cukup sampai di sana, kapal selam nomor satu dunia itu juga memiliki akuarium pribadi. Pemerintah Rusia menilainya layak diberikan pada para kru mengingat tekanan psikologis yang mungkin diterimanya saat berada dalam waktu lama di dalam laut. Selain itu, para awak masih menerima pembayaran yang tak cukup besar saat bekerja di dalam Kursk. Lewat kapal selam tersebut, Angkatan Laut Rusia menyiapkan sejumlah torpedo dan senjata lain di dalam laut sebagai salah satu upaya pertahanan nasional.
Kapal selam raksasa Rusia meledak, 118 kru tewas
Pada 12 Agustus 2000, Kursk berencana akan melakukan uji tembak torpedo di lokasi latihan militer bawah lalu di Laut Barets. Torpedo dalam uji tembak tersebut merupakan dummy torpedo atau rudal kosong tanpa amunisi. Selama latihan tersebut, kapal selam tempur Kursk seharusnya meluncurkan dua torpedo di wilayah uji tempur Rusia Pyotr Velikiy. Benar-benar di luar dugaan, setelah menembakkan torpedo pada 11:28, patroli militer pusat kehilangan kontak dengan komandan kapal.
Tak lama kemudian kapal selam tempur Kursk meledak hebat di laut Barents. Tak terselamatkan, kapal seberat 18.300 ton itu meluncur tenggelam ke kedalaman 354 kaki di perairan dingin Laut Barents. Ledakan tak hanya terjadi sekali, ledakan berikutnya yang jauh lebih besar terjadi 135 detik kemudian. Diduga ledakan tersebut berasal dari satu torpedo lain yang belum diluncurkan. Sebanyak 118 awak kapal tewas dalam tragedi mengerikan yang terjadi di bawah laut tersebut. Beberapa kru asalnya selamat, tapi akhirnya tewas karena kehabisan oksigen dan suhu yang sangat dingin di bawah laut. Suasana tersebut terjadi di tengah kegelapan dan dinginnya perairan Barents.
Tindakan penyelamatan awak kapal selam Kursk serba lambat
Awalnya pihak angkatan laut Rusia tidak menyadari Kursk telah tenggelam. Hingga menjelang petang, saat kapal selam Kursk belum merapat, pemerintah Rusia mulai khawatir sesuatu yang buruk telah terjadi. Karenanya, beberapa kapal penyelamatan dikirimkan ke lautan Barents. Sehari kemudian, 13 Agustus 2000, pemerintah Rusia menemukan area terjadinya malapetaka tersebut dan baru mulai melakukan tindakan penyelamatan. Sayangnya, karena cuaca buruk, semua tindakan penyelamatan dibatalkan. Mengetahui awak kapal yang masih hidup harus segera diselamatkan, pihak Inggris, AS dan Norwegia menawarkan bantuan penyelamatan. Tetapi Rusia gigih menolak semua bantuan asing.
Tampaknya pemerintah Rusia masih sakit hati dengan perang dingin yang sempat dialaminya dan enggan menerima bantuan dari pihak asing. Tetapi setelah empat hari tak berhasil melakukan penyelamatan dan menerima banyak kritik dari pihak asing, Rusia akhirnya menyerah. Pada 16 Agustus 2000, sejumlah bantuan internasional diturunkan untuk membantu awak kapal selam.
Apa yang terjadi dengan para awak kapal selam?
Pada 21 Agustus 2000, sembilan hari setelah Kursk meledak dan tenggelam ke dasar laut, penyelam dari Norwegia berhasil membuka kedua pintu di bagian belakang kapal selam. Tim penyelamat sangat berharap bagian tersebut masih menampung korban selamat. Sayangnya, kenyataan berkata lain, sebanyak 118 awak kapal resmi diumumkan telah meninggal dunia. Bagian yang paling menyayat hati dari kisah tenggelamnya Kursk adalah terdapat awak yang sebenarnya selamat tapi akhirnya tewas karena tindakan penyelamatan yang serba lambat.
Saat tubuh Letnan Kapten Dmitri Kolesnikov diangkat, beberapa jam setelah ledakan kedua, catatan kecil ditemukan di sakunya. Catatan tersebut ditulis beberapa jam setelah ledakan kedua terjadi untuk menginformasikan bahwa 23 orang masih selamat dan hidup. Beberapa laporan mengatakan, terdapat bunyi dentuman palu menghantam bagian kapal, dua hari setelah bencana. Tetap setelah itu, laut kembali sepi dan tak ada sedikit pun suara yang terdengar lagi dari dalam laut tempat tragedi terjadi.
Asumsi penyebab tenggelamnya kapal selam Kursk
Setelah tragedi tersebut terjadi, berbagai spekulasi penyebab kapal tenggelam terus bermunculan. Ada yang mengatakan, kapal tersebut bertabrakan dengan kapal selam AS. Sementara sejumlah pihak lain mengatakan kapal terkena ranjau bekas perang dunia pertama. Pihak lainnya yakin, kapal selam AS menembakkan rudalnya ke Kursk karena merasa terancam dengan torpedo yang diluncurkan kapal Rusia itu. Namun akhirnya hasil penyidikan mengatakan, tangki bahan bakar hidrogen yang sangat berisiko di salah satu torpedo mengalami kebocoran. Hal tersebut memicu api yang kemudian meledakkan kapal. Meski begitu, hingga kini, penyebab tenggelamnya kapal selam tersebut masih menjadi misteri. Sementara itu, bangkai kapal beserta puing-puingnya diangkut ke dermaga pada 7 Oktober 2001.
Setelah tenggelam sedalam 354 kaki, ternyata masih ada 23 awak kapal yang masih hidup. Tetapi akibat lambatnya tindakan penyelamatan yang dilakukan pemerintah Rusia, 118 awak kapal akhirnya ditemukan tewas. Tampaknya korban selamat kehabisan oksigen dan tak mampu bertahan diterpa dinginnya suhu bawah laut Barents. Berikut misteri meledaknya kapal selam militer Kursk seperti dikutip dari The History, The Military Factory, National Geographic dan sejumlah situs lainnya, Jumat (13/12/2013):
Sejak 1980-an, Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet terus bersaing dalam pengembangan teknologi. Namun saat Uni Soviet bangkrut, AS menjadi pemain tunggal dalam industri pembuatan kapal selam militer. Namun setelah Rusia menjadi ahli waris utama pecahan Uni Soviet, negara tersebut mulai menjadi pesaing besar bagi AS di bidang perlengkapan perang. Meski sempat mengalami kerugian besar, tapi Rusia sanggup bangkit saat pihaknya mendirikan Project 949A Antey untuk membangun kapal selam militer K-141, 'Kursk'. Kapal selam tersebut merupakan yang terbesar di dunia. Dalam sekejap setelah pembangunannya, Kursk telah menjadi salah satu senjata perang paling penting dan sangat ditakuti di dunia.
Perlengkapan mewah ada di dalam kapal militer Kursk
Dibangun pada 1994, kapal tersebut memiliki panjang hingga 535 kaki. Teknologi elektroniknya jauh lebih canggih. Tak hanya itu, setiap awaknya memiliki kamar super luas di dalam kapal selam militer tersebut. Kursk bahkan menyediakan berbagai fasilitas yang tak pernah disedikan AS sebelumnya seperti sauna, solarium, dan kolam renang. Tak cukup sampai di sana, kapal selam nomor satu dunia itu juga memiliki akuarium pribadi. Pemerintah Rusia menilainya layak diberikan pada para kru mengingat tekanan psikologis yang mungkin diterimanya saat berada dalam waktu lama di dalam laut. Selain itu, para awak masih menerima pembayaran yang tak cukup besar saat bekerja di dalam Kursk. Lewat kapal selam tersebut, Angkatan Laut Rusia menyiapkan sejumlah torpedo dan senjata lain di dalam laut sebagai salah satu upaya pertahanan nasional.
Pada 12 Agustus 2000, Kursk berencana akan melakukan uji tembak torpedo di lokasi latihan militer bawah lalu di Laut Barets. Torpedo dalam uji tembak tersebut merupakan dummy torpedo atau rudal kosong tanpa amunisi. Selama latihan tersebut, kapal selam tempur Kursk seharusnya meluncurkan dua torpedo di wilayah uji tempur Rusia Pyotr Velikiy. Benar-benar di luar dugaan, setelah menembakkan torpedo pada 11:28, patroli militer pusat kehilangan kontak dengan komandan kapal.
Tak lama kemudian kapal selam tempur Kursk meledak hebat di laut Barents. Tak terselamatkan, kapal seberat 18.300 ton itu meluncur tenggelam ke kedalaman 354 kaki di perairan dingin Laut Barents. Ledakan tak hanya terjadi sekali, ledakan berikutnya yang jauh lebih besar terjadi 135 detik kemudian. Diduga ledakan tersebut berasal dari satu torpedo lain yang belum diluncurkan. Sebanyak 118 awak kapal tewas dalam tragedi mengerikan yang terjadi di bawah laut tersebut. Beberapa kru asalnya selamat, tapi akhirnya tewas karena kehabisan oksigen dan suhu yang sangat dingin di bawah laut. Suasana tersebut terjadi di tengah kegelapan dan dinginnya perairan Barents.
Tindakan penyelamatan awak kapal selam Kursk serba lambat
Awalnya pihak angkatan laut Rusia tidak menyadari Kursk telah tenggelam. Hingga menjelang petang, saat kapal selam Kursk belum merapat, pemerintah Rusia mulai khawatir sesuatu yang buruk telah terjadi. Karenanya, beberapa kapal penyelamatan dikirimkan ke lautan Barents. Sehari kemudian, 13 Agustus 2000, pemerintah Rusia menemukan area terjadinya malapetaka tersebut dan baru mulai melakukan tindakan penyelamatan. Sayangnya, karena cuaca buruk, semua tindakan penyelamatan dibatalkan. Mengetahui awak kapal yang masih hidup harus segera diselamatkan, pihak Inggris, AS dan Norwegia menawarkan bantuan penyelamatan. Tetapi Rusia gigih menolak semua bantuan asing.
Tampaknya pemerintah Rusia masih sakit hati dengan perang dingin yang sempat dialaminya dan enggan menerima bantuan dari pihak asing. Tetapi setelah empat hari tak berhasil melakukan penyelamatan dan menerima banyak kritik dari pihak asing, Rusia akhirnya menyerah. Pada 16 Agustus 2000, sejumlah bantuan internasional diturunkan untuk membantu awak kapal selam.
Apa yang terjadi dengan para awak kapal selam?
Pada 21 Agustus 2000, sembilan hari setelah Kursk meledak dan tenggelam ke dasar laut, penyelam dari Norwegia berhasil membuka kedua pintu di bagian belakang kapal selam. Tim penyelamat sangat berharap bagian tersebut masih menampung korban selamat. Sayangnya, kenyataan berkata lain, sebanyak 118 awak kapal resmi diumumkan telah meninggal dunia. Bagian yang paling menyayat hati dari kisah tenggelamnya Kursk adalah terdapat awak yang sebenarnya selamat tapi akhirnya tewas karena tindakan penyelamatan yang serba lambat.
Saat tubuh Letnan Kapten Dmitri Kolesnikov diangkat, beberapa jam setelah ledakan kedua, catatan kecil ditemukan di sakunya. Catatan tersebut ditulis beberapa jam setelah ledakan kedua terjadi untuk menginformasikan bahwa 23 orang masih selamat dan hidup. Beberapa laporan mengatakan, terdapat bunyi dentuman palu menghantam bagian kapal, dua hari setelah bencana. Tetap setelah itu, laut kembali sepi dan tak ada sedikit pun suara yang terdengar lagi dari dalam laut tempat tragedi terjadi.
Asumsi penyebab tenggelamnya kapal selam Kursk
Setelah tragedi tersebut terjadi, berbagai spekulasi penyebab kapal tenggelam terus bermunculan. Ada yang mengatakan, kapal tersebut bertabrakan dengan kapal selam AS. Sementara sejumlah pihak lain mengatakan kapal terkena ranjau bekas perang dunia pertama. Pihak lainnya yakin, kapal selam AS menembakkan rudalnya ke Kursk karena merasa terancam dengan torpedo yang diluncurkan kapal Rusia itu. Namun akhirnya hasil penyidikan mengatakan, tangki bahan bakar hidrogen yang sangat berisiko di salah satu torpedo mengalami kebocoran. Hal tersebut memicu api yang kemudian meledakkan kapal. Meski begitu, hingga kini, penyebab tenggelamnya kapal selam tersebut masih menjadi misteri. Sementara itu, bangkai kapal beserta puing-puingnya diangkut ke dermaga pada 7 Oktober 2001.
EmoticonEmoticon